SURAKARTA, SERVIAMNEWS.com-  Perkembangan zaman bergulir begitu cepat. Era berganti diikuti dengan berubahnya tantangan yang dihadapi. Di era terkini mulai lazim terdengar istilah Era 4.0. Suatu sebutan untuk menggambarkan dunia hari ini yang diwarnai dengan kecanggihan teknologi di berbagai lini kehidupan. Kehadiran robot, komputer yang canggih, hingga kendaraan tanpa mengemudi merupakan cerminan hal-hal yang mewarnai Era 4.0 atau yang disebut juga dengan nama Revolusi Industri 4.0.

Perubahan dari bentuk kehidupan ke arah yang serba canggih ini juga diwarnai dengan eksistensi uang virtual, transaksi digital, hingga pembelajaran jarak jauh yang semakin dioptimalkan. Guna menghadapi era tersebut dengan bijak, Yayasan Winaya Bhakti Surakarta menyelenggarakan Workshop Edukasi 4.0 di Auditorium Kampus Regina Pacis Surakarta dengan narasumber pemerhati dan praktisi pendidikan 4.0, Indra Charismiadji.

Diikuti oleh guru-guru SMP dan SMA Regina Pacis Surakarta, workshop yang digelar pada Selasa, 19 Februari 2019 tersebut menawarkan sesuatu yang unik di hari-hari sebelum penyelenggaraan workshop. Peserta workshop terlebih dahulu bergabung ke dalam grup Facebook Edukasi 4.0 untuk memulai diskusi terlebih dahulu. Setiap guru wajib membentuk kelompok yang terdiri dari 4 orang dimana tidak diperkenankan terdapat guru dengan mata pelajaran sama dalam satu kelompok.

Indra Charismiadji memberikan pilihan tema untuk didiskusikan masing-masing kelompok. Tema tersebut meliputi Revolusi Industri 4.0, Higher Order Thinking Skills (HOTS), Keterampilan Abad 21, Teknologi dalam Pendidikan, STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, dan Mathematics) Education, serta Sekolah Negeri, Sekolah Satuan Pendidikan Kerjasama, dan Kebijakan Pemerintah Indonesia tentang Pendidikan. Di dalam grup Facebook selanjutnya muncul soal-soal terkait tema yang dipilih dan soal tersebut harus diselesaikan sebelum workshop dimulai.

Dalam workshop, narasumber menjelaskan perkembangan kehidupan di dunia dari era 1.0 hingga 4.0 beserta aneka problematika yang dihadapi oleh manusia di zaman tersebut. Setiap zaman memiliki tantangannya sendiri, begitu pula cara menghadapinya. Pemberian tugas dengan cara berdiskusi di grup Facebook merupakan salah satu contoh menggunakan media sosial sebagai sarana bertukar pikiran secara konstruktif. Paradigma modern di era 4.0 wajib diimbangi dengan kecepatan guru untuk “menyelami” segala hal yang berhubungan dengan 4.0 agar tidak kaget dengan aneka perubahan yang terjadi. Di tengah-tengah workshop, narasumber juga menjabarkan fakta-fakta menarik seputar era 4.0 yang harus diketahui oleh para pendidik.

Jalannya kegiatan workshop diwarnai dengan berdiskusi antar kelompok kecil guna membahas topik yang dilemparkan oleh narasumber. Materi Edukasi 4.0 dibawakan secara interaktif. Beberapa kali narasumber memberikan kesempatan kepada guru untuk memberikan tanggapannya seputar pengalamannya hingga keingintahuannya terhadap Edukasi 4.0 Para guru dikondisikan dalam situasi siap berpikir.

Hal ini juga berlaku seusai workshop selesai digelar, dimana dalam grup Facebook juga didapati tugas-tugas dari narasumber untuk dikerjakan. Workshop Edukasi 4.0 ini diharapkan mampu menjadi bekal bagi guru-guru SMP dan SMA Regina Pacis Surakarta dalam mengarungi dunia milenial yang telah sangat berkembang ini.

Christianto Dedy Setyawan, S.Pd (Guru SMA Regina Pacis Surakarta)

http://smareginapacis-solo.sch.id

SURAKARTA, SERVIAMNEWS.com – Pada Sabtu, 26 Januari 2019, hari terasa berbeda di SMA Regina Pacis Surakarta. Keramaian mulai terlihat di gerbang sekolah kala menjelang sore. Mendung yang bergelayut di hamparan awan sedari pagi tidak mengurangi aura optimisme di lingkungan sekolah. Kemeriahan, kegembiraan, dan sukacita memancar di Auditorium Kampus Regina Pacis. Ketika jarum jam menunjukkan angka 17.45 WIB, konser musik bertema “Sounds of The Journey” pun dimulai.

Berbeda dengan tahun sebelumnya, di tahun ini SMA Regina Pacis Surakarta menyelenggarakan konser musik dalam rangka peringatan hari Santa Angela Merici. Kegiatan tersebut juga dilaksanakan untuk memfasilitasi kemampuan siswa-siswi dalam hal kesenian, desain, koreografi, fotografi, dan teknologi informasi. Sounds of The Journey merupakan konser yang berbasis siswa sebagai nyawa utamanya. Hal ini dibuktikan dengan jumlah siswa yang berpartisipasi mencapai 400 personel. Para siswa menyiapkan konser ini dengan matang sejak berbulan-bulan sebelumnya. Agenda besar tersebut diapresiasi penonton dengan baik. Tercatat tidak kurang dari 700 penonton memenuhi arena konser untuk menyaksikan konser ini.

Acara konser diawali dengan pra pembukaan melalui penampilan Tari Kukilo yang dipersembahkan dengan apik oleh siswa SMP Regina Pacis Surakarta sebelum dibuka oleh Kepala SMA Regina Pacis Surakarta, Maria Budi Priyarti, M.Pd. Beliau menyampaikan bahwa perhelatan musik tersebut dipersembahkan untuk mengenang perjuangan karya Suster Ursulin di berbagai daerah negeri ini. Harapannya adalah perjuangan para Suster Ursulin mampu menginspirasi anak muda masa kini dalam berkarya. Kisah perjalanan Suster Ursulin tersebut disampaikan kepada para penonton dalam bentuk puisi, musik, hingga drama yang disajikan secara berkesinambungan dengan tata lampu dan suara yang menawan.

Unsur keberagaman yang berbaur dalam harmonisasi tergambar ketika di awal konser para siswa menyanyikan lagu Zamrud Khatulistiwa. Konser berlanjut dengan adegan tujuh Suster dari Belanda yang datang ke Indonesia. ‘Kisah tersebut diwujud nyatakan dalam rangkaian lagu dan dialog yang menggambarkan daerah Batavia, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Timur, Kotamobago, hingga Papua. Potret kehidupan masyarakat Batavia di atas panggung dihiasi dengan penampilan para siswa menyanyikan tembang Kicir-Kicir. Hal serupa disajikan ketika adegan berpindah ke wilayah berikutnya seperti Jawa Barat (Bubuy Bulan), Jawa Tengah (Gundul-gundul Pacul), Jawa Timur (Rek Ayo Rek), Kalimantan Barat (Ampar-Ampar Pisang), Nusa Tenggara Timur (Potong Bebek Angsa), dan Papua (Yamko Rambe Yamko).

Sounds of The Journey dikemas sebagai ajang berkesenian para siswa dengan keragaman tampilan yang relatif lengkap. Secara keseluruhan konser yang berlangsung selama sekitar 2,5 jam tersebut menampilkan tari tradisional, choir, vocal group, solo vocal, modern dance, angklung, kulintang, ansamble gitar, musik kontemporer, hingga fashion show. Dalam acara ini, tampil pula Elias Anwar, S.S (guru Pendidikan Agama Katolik) dan Cicilia Feniawati, S.Pd. yang berolah peran dalam sesi drama bersama para siswa. Penampilan jenaka kedua guru tersebut di atas panggung semakin menciptakan suasana penuh tawa ceria.

Konser diakhiri dengan aksi penutup yakni musik kontemporer dimana para siswa memainkan musik yang indah berbekal barang non instrumen musik konvensional seperti galon air mineral, botol minuman, hingga kentongan. Di puncak akhir acara, seluruh penampil acara naik ke atas panggung untuk bernyanyi, menari, serta melakukan flash mob bersama. Lantunan lagu “Jadilah Terang” dan “Mars Serviam” menjadi penutup malam yang sangat meriah tersebut.

Christianto Dedy Setyawan, S.Pd (Guru SMA Regina Pacis Surakarta)

http://smareginapacis-solo.sch.id/?page_id=80

SURAKARTA, SERVIAMNEWS.com-  Judul di atas merupakan tema kegiatan motivasi yang diselenggarakan oleh SMA Regina Pacis Surakarta pada Kamis, 3 Januari 2019. Acara yang dilaksanakan di Auditorium Kampus Regina Pacis Surakarta ini dihadiri oleh seluruh siswa-siswi kelas XII SMA Regina Pacis. Kegiatan dimulai pada pukul 08.00- 12.00 WIB  dan dipandu oleh Bapak Joko Prasetyo dari Spiritindo Training & HR Management Consultant.

Ujian Nasional di tahun 2019 dilaksanakan lebih awal jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pemajuan pelaksanaan Ujian Nasional ini bukan tanpa alasan, melainkan karena tahun ini Indonesia akan melaksanakan pesta demokrasi atau Pemilu 2019. Akibat dari pelaksanaan Ujian Nasional yang lebih awal, tentu saja sangat berdampak pada padatnya jadwal siswa-siswi SMA.

Jadwal diatur sedemikian rupa dengan berbagai macam pertimbangan agar keduanya, yakni penyelenggaraan Ujian Nasional dan pesta demokrasi dapat berjalan dengan baik dan lancar tanpa halangan apa pun. Pelaksanaan Ujian Nasional yang lebih awal pun tentu juga ditanggapi serius oleh guru-guru SMA Regina Pacis Surakarta. Para guru menyusun jadwal yang padat. Mulai dari ujian praktik, latihan UN, simulasi Ujian Nasional Berstandar Komputer (UNBK), Ujian Sekolah Berstandart Nasional (USBN), dan puncaknya di UNBK.

Pemajuan pelaksanaan Ujian Nasional yang diikuti oleh jadwal yang padat berpotensi membuat sebagian siswa-siswi berada dalam tekanan dan merasa cemas. Sebagian besar dari mereka belum memiliki motivasi dan semangat dalam menghadapinya. Mereka masih bersantai-santai dengan alasan “ujiannya masih lama” atau “ngapain udah belajar.” Mereka tidak sadar bahwa waktu akan berjalan cepat dan tidak akan terasa bahwa ujian sudah berada di depan mata. Sangat disayangkan jika siswa-siswi tidak memiliki motivasi untuk mulai belajar dan mencicilnya sedari dini.

Pak Joko selaku pembicara mengatakan bahwa Indonesia memerlukan pribadi yang unggul. Beliau merasa prihatin dengan anak muda zaman sekarang. Tiga bagian penting yang dimaksud oleh yaitu kepribadian, motivasi, dan keahlian. Ketiganya sangat penting dalam upaya membangun pribadi yang unggul.

Namun, jika dipilih dari ketiganya, maka yang terpenting adalah motivasi. Mengapa motivasi? Karena motivasilah yang membuat seseorang berkeinginan untuk berprestasi dan mendorongnya agar selalu berusaha mewujudkan mimpi dan harapannya. Tanpa adanya motivasi tentunya seseorang akan pasrah pada keadaan dan tidak berjuang untuk menggapai apa yang diinginkan.

Seminar yang dilaksanakan pada hari pertama masuk sekolah ini diawali dengan doa yang dipimpin oleh Ibu Tari. Setelah berdoa, siswa-siswi diajak untuk berjoget bersama. Beberapa siswa-siswi dan guru maju ke atas panggung untuk melakukan ice breaking. Tidak ketinggalan pula Ketua Kampus Regina Pacis Surakarta, Suster Veronica Sri Andayani, OSU naik ke atas panggung untuk memimpin siswa-siswi berjoget bersama diiringi lagu dangdut.

Suasana auditorium pun menjadi ramai dan seru. Siswa-siswi berjoget bersama diiringi canda tawa yang membuat seminar ini diawali dengan keceriaan pagi hari. Ketika sesi pertama digelar, penyampaian yang ringan membuat seminar ini ditanggapi serius oleh siswa-siswi kelas XII. Siswa-siswi pun diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dalam sesi tanya jawab.

Pak Joko selaku pembicara mengajak siswa-siswi kelas XII SMA Regina Pacis Surakarta untuk membuat target. Target tersebut harus tinggi agar nantinya mendorong siswa-siswi untuk mencapainya. Pembicara mengutip salah satu perkataan Ir. Soekarno dimana beliau pernah berkata “Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh diantara bintang-bintang.” Mimpi dan harapan yang dimiliki pun harus kita percaya dan yakini dapat terwujud. Seminar pemberian motivasi ini memberikan semangat baru dan tambahan keberanian bagi siswa-siswi kelas XII dalam menghadapi Ujian Nasional. Diharapkan seminar ini mampu memotivasi dan mendorong siswa-siswi dalam mencapai dan menggapai mimpi dan impiannya masing-masing.

Alexandra Dewi Wijayanty (Siswi SMA Regina Pacis Surakarta)

http://smareginapacis-solo.sch.id

SURAKARTA, SERVIAMNEWS.comTruly Serviam adalah nama paguyuban alumni SMP Regina Pacis Surakarta yang diresmikan oleh Ibu M.M. Wahyu Utami, M.Pd dan juga menjadi tema Reuni Akbar 60 tahun SMP Regina Pacis Surakarta. Acara berlangsung pada Kamis, 27 Desember 2018 di Auditorium Kampus Regina Pacis Surakarta. Reuni Akbar SMP Regina Pacis ini dihadiri oleh alumni 1966 – 2018, Suster Komunitas Ursulin, Suster-Suster yang pernah menjabat kepala sekolah, bapak ibu karyawan purna tugas, serta bapak ibu guru yang masih berkarya dengan jumlah peserta sekitar 650 orang. Jumlah ini melebihi perkiraan panitia yang sebelumnya memprediksi 500 orang.

Reuni Akbar menjadi puncak kegiatan peringatan 60 tahun SMP Regina Pacis Surakarta yang didirikan pada tanggal 1 Juli 1958. Sebelumnya, ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan untuk menyemarakkan 60 tahun SMP Regina Pacis yaitu Ursulin Week, Seminar Parenting, pengecekan kesehatan gratis, donor darah, jalan sehat dan Misa 60 tahun oleh Mgr Robertus Rubiyatmoko, Pr.

Penyelenggaraan reuni akbar berlangsung meriah yang diawali dengan prosesi para suster Ursulin Komunitas Solo, suster Ursulin yang pernah memimpin SMP Regina Pacis, bapak ibu guru, karyawan yang masih aktif dan sudah purna. Setelah itu, ada beberapa sambutan yang disampaikan oleh Ketua Kampus Regina Pacis Surakarta, Suster Veronica Sri Andayani, OSU, Kepala SMP Regina Pacis Surakarta Ibu M.M. Wahyu Utami, M.Pd. dan Ketua Panitia Reuni Akbar Ibu Martina Setiawati. Setelah beberapa sambutan, Paguyuban Alumni Truly Serviam diresmikan dan para alumni mengikrarkan janji alumni.

Para peserta yang hadir menunjukkan kebolehan mereka dalam menari, berdansa, menyanyi, berjoget dangdut, serta bermain band. Diantara para penampil tersebut adalah Tari kipas oleh alumni 1978, line dance alumni 1977, band the Sleepers pimpinan alumni Nicodimus Budi, Serviam Band yang dimotori oleh Denny Klo alumni 98, serta penampilan istimewa dari ibu Iga Mawarni yang dengan suara altonya yang khas melantunkan lagu lawas berjudul “Andaikan Kau Datang Kembali”.

Tidak ketinggalan pula Suster Veronica Sri Andayani, OSU yang bersama guru dan Serviam Band mengajak hadirin berjoget dan bernyanyi bersama dengan iringan dangdut. Selain itu, berbagai door prize pun menjadi penghibur bagi peserta Reuni Akbar. Kemeriahan reuni Akbar ditutup dengan doa dan berkat oleh Romo Petrus Yuwono, MSF yang juga alumni 1995.

Meski Reuni Akbar sudah usai, namun para alumni akan tetap terlibat dan berperan dalam berbagai kegiatan dan dinamika sekolah demi kemajuan almamater mereka SMP Regina Pacis Surakarta. Bagimanapun juga mereka adalah Truly Serviam.  

Neny Kartika Sari, S.Pd.  (Guru SMP dan Ketua Panitia Reuni Akbar 60 Tahun SMP Regina Pacis Surakarta)

http://smp-reginapacis-slo.sch.id/

SOLO, SERVIAMNEWS.com-Minggu, 06 Januari 2019, Pk 08.00 WIB di Auditorium Kampus Regina Pacis, Solo ramai anak-anak, remaja, orang muda bahkan orang tua. Mereka semua berjalan dengan wajah gembira disambut para Suster Ursulin. Rupanya, pagi itu diselenggarakan Perayaan Natal Keluarga Besar Yayasan Winayabhakti Solo, yang terdiri dari Kampus Maria Assumpta Klaten (unit TK, SD dan SMP) dan Kampus Regina Pacis Solo (unit SMP dan SMA) beserta komunitas Para Suster Ursulin Solo, Klaten dan Baturetno. Peserta yang hadir kurang lebih 500 orang yang terdiri dari guru, karyawan, beserta keluarga serta komunitas Suster Ursulin.

Acara Natal dimulai dengan Perayaan Ekaristi, yang bertepatan dengan Hari Raya Penampakan Tuhan. Perayaan Ekaristi bertajuk ”Yesus Kristus, Hikmat Bagi Kita” ini dipimpin oleh Romo Mutiara Andalas, SJ. Dalam homilinya, Romo Andalas menekankan bahwa Perayaan Natal juga merupakan Perayaan Ulang Tahun Perkawinan sehingga keluarga-keluarga diingatkan kembali akan pentingnya makna perkawinan dalam keluarga.

Selain itu, Romo Andalas juga mengajak merenungkan makna Natal yang dialami dalam masing-masing keluarga yang mungkin berbeda-beda setiap tahunnya. Keluarga-keluarga jangan cemas bila mengalami kegalauan dalam keluarganya karena Tuhan selalu  ”GALAU”, yaitu  God Always Love And Understand U.

Setelah Perayaan Ekaristi berakhir, Ketua Yayasan Winaybhakti Solo, Suster Veronica Sri Andayani, OSU menyampaikan rasa terima kasih atas kehadiran keluarga besar guru, karyawan bersama keluarganya. Para Suster Ursulin sangat rindu untuk dapat berkunjung ke rumah guru dan karyawan, namun karena tidak memungkinkan maka dicarilah waktu yang tepat untuk mengadakan acara kebersamaan ini.

Maka, dipilihlah tanggal 6 Januari yang bertepatan dengan Pesta Epifani atau Hari Penampakan Tuhan yang hadir di dunia dalam keluarga Yusuf dan Maria. Terakhir, Suster Vero mengajak rekan-rekan suster naik ke panggung untuk bernyanyi dan menari bersama penuh sukacita. Nyanyian dan tarian para suster mengajak semua anak-anak dan orang tua ikut dalam suasana penuh sukacita dalam ramah tamah bersama.

Setelah itu, acara berlanjut dengan penampilan dari masing-masing unit TK, SD, SMP Maria Assumpta Klaten dan SMP dan SMA Regina Pacis Solo. Mereka ikut berbagi sukacita dengan menampilkan acara yang menghibur. Semua anak-anak yang hadir kurang lebih 70 orang ikut larut bernyanyi dan berjoget bersama dengan teman-temannya. Apalagi pembagian hadiah untuk anak-anak yang tampil dan doorprize untuk keluarga semakin menyemarakkan suasana pesta Natal ini.

Puncaknya dalam penutupan acara, kembali Suster Vero mengajak bernyanyi dan berjoget bersama. Tak ketinggalan anak-anak yang berani maju untuk berjoget mengikuti gerakan Suster Vero. Sungguh suasana yang membahagiakan bagi anak-anak dan terlebih keluarga besar Ursulin dari Klaten dan Solo.

Betullah kata Paus Fransiskus, di mana ada perjumpaan yang membawa sukacita, disitu akan bertambah iman. Maka, keluarga-keluarga di Yayasan Winayabhakti Solo sungguh mengalami perjumpaan yang penuh sukacita dalam perayaan Natal tahun ini dan semakin menambah iman diantara mereka.

Berkat acara Natal ini pula, rasa persaudaraan dan saling kenal satu sama lain diantara para guru dan karyawan beserta keluarganya bersama para Suster Ursulin semakin erat dan meningkat. Terang bintang yang telah memimpin para majus kepada Kristus Sang Terang tidak berakhir hanya sampai di sana.

Seperti halnya para majus itu, semua keluarga besar Ursulin pun yang telah mengalami sukacita Natal bersama, kini diutus Allah untuk menjadi “anak-anak terang”, untuk membawa terang Kristus kepada sesama. Dan yang terpenting adalah menjadi terang melalui perbuatan kasih kepada sesama kita. Semoga suasana sukacita bersama Natal tahun ini dalam keluarga besar Yayasan Winayabhakti Solo sungguh dapat turut mewujudkan apa yang kita nyanyikan bersama dengan pemazmur hari ini, “Segala ujung bumi melihat keselamatan yang datang dari Allah kita….”

Elias Anwar (Tim Pastoral SMA Regina Pacis Solo)

http://smp-reginapacis-slo.sch.id/  

http://smareginapacis-solo.sch.id/

Catatan singkat kegiatan Homestay XVII

SOLO, SERVIAMNEWS.com– Dewasa ini, ditengah hiruk pikuknya kota dan segala kegiatan individu yang ada disekitarnya, tanpa kita sadari, sebagian dari kita kadang lupa untuk sekedar menyapa atau mengucap salam kepada tetangga atau orang disekitar kita. Kemajuan teknologi dan arus informasi juga ikut mendorong kita menjadi individu yang pasif bahkan cuek dengan keadaan disekitar kita. Bisa kita lihat kapanpun dan dimanapun orang akan sibuk dengan gadget yang ada digenggaman mereka.

Menyadari akan hal ini, SMP Regina Pacis Solo memiliki program tahunan untuk kelas IX, yaitu homestay. Program bertujuan untuk mengajak para peserta didik sejenak meninggalkan semua kenyamanan, kemewahan, dan kebisingan kota tempat tinggal mereka. Peserta homestay akan tinggal di daerah pedesaan dan membaur dengan masyarakat yang ada disana sambil belajar apa yang dikerjakan oleh masyarakat di pedesaan.

Seperti tahun sebelumnya, sebelum melaksanakan kegiatan ini, Tim homestay XVII SMP Regina Pacis Solo melakukan survey lokasi. Atas saran dari Romo Krist yang berada di Gereja Santa Maria Diangkat Kesurga, Paroki Dalem, tim Homestay dirujuk untuk ke wilayah Dusun Dawung dan Dusun Wangon, Desa Serut, Kecamatan Gedangsari, Gunung Kidul.

Beratnya medan lokasi dan jalan yang harus dilalui, tidak membuat panitia homestay putus asa. Sebab, dimanapun kami berjalan, wajah tulus dan sapaan hangat dari warga pedesaan membuat rasa lelah hilang. Keramahan yang mereka tunjukkan kepada kami membuat kami yakin bahwa peserta didik SMP Regina Pacis Solo akan mendapat suatu pelajaran yang berharga. Hal ini sejalan dengan tema yang kami usung “Menapak Sejengkal Tanah Menemukan Keramahan”.

Homestay tahun ini dilaksanakan mulai hari Kamis, 6 Desember 2018 sampai dengan Sabtu, 8 Desember 2018. Di hari pertama semua peserta didik yang terdiri dari 148 anak dan 11 guru pendamping berangkat dari sekolah dengan 7 armada bis menuju Gereja Santa Maria Diangkat Ke Surga, Klaten. Setibanya di gereja, kami disambut oleh Ketua Dewan Paroki Gereja, Kepala Bidang Pelayanan Kemasyarakatan, Bapak Sudarman, dan Ketua Wilayah Kapel Dawung, Bapak Yohanes Sumardi.

Setelah acara serah terima di Gereja Dalem, semua peserta homestay melanjutkan perjalanan ke lokasi orang tua asuh dengan menggunakan truk. Ini merupakan pengalaman pertama bagi sebagian besar peserta. Mereka sungguh menikmati perjalanan dengan truk melalui medan yang menanjak dan berkelok-kelok. Dengan penuh keramahan, para orang tua asuh menjemput peserta didik untuk diajak ke rumah mereka masing-masing.

Pada hari pertama dan kedua homestay, peserta didik mengikuti kegiatan di keluarga masing-masing. Dari belanja kepasar, membersihkan rumah, menimba air, mencari makan ternak serta bertani. Ketika para pendamping melakukan home visit, kesan pertama dan yang selalu kami ingat adalah kesederhanaan dan keramahan warga setempat.

Dimanapun kami melangkah, ketika berpapasan mereka akan selalu mengucapkan salam dan berjabat tangan. Tak terkecuali kami kadang harus berhenti sejenak untuk sekedar menikmati segelas teh hangat dirumah warga setempat. Hal ini sangat jarang ditemui ketika kita berada dikota.

Hari ketiga adalah hari terakhir bagi para peserta didik dan guru pendamping kembali ke Solo. Setelah berpamitan dengan orangtua asuh, para peserta didik berjalan ke Kapel Dawung untuk mengikuti Misa Syukur. Sepanjang perjalanan, kami para pendamping berpapasan dengan beberapa orangtua yang mengantar para peserta homestay ke kapel. Dengan membawa buah tangan khas pedesaan, senyum ramah dan ketulusan terpancar dari wajah mereka.

Tiba di Kapel, semua peserta didik dan orang tua asuh mengikuti Misa Syukur yang dipimpin oleh Romo Ignasius Fajar Kristiyanto, Pr. Dalam homilinya, Romo menyampaikan bahwa inti kebahagiaan tidak selalu karena hidup mewah dan serba ada. Kebahagiaan bisa didapat dari kesederhanaan dan kehangatan keluarga. Dan hal ini turut dirasakan juga oleh peserta homestay.

Rasa haru pun terasa ketika para peserta didik mencium tangan para orang tua asuh dan warga sambil berpamitan. Tak terasa beberapa orang tua meneteskan air mata bahkan ada yang terus memeluk anak asuhnya tanda bahwa mereka sangat menyayangi anak – anak ini. Ketika semua sudah naik ke truk, kami masih melihat para warga desa dengan setia melepaskan kepulangan kami sambil melambaikan tangan mereka dengan senyuman tulus dan ramah yang biasa kami dapatkan selama tinggal disini.

Tdak ada hal lain yang bisa kami lakukan kecuali mensyukuri atas pelajaran berharga yang boleh diterima oleh para peserta didik SMP Regina Pacis Solo, dimana kami boleh mencari dan menemukan keramahan dengan aksi nyata melalui kerendahan hati untuk selalu memberi dan berbagi. Dan semoga pelajaran ini akan selalu diingat oleh siswa- siswi kami sebagai bekal hidup mereka dikemudian hari.

Th. Wahyu Savitri (Guru SMP Regina Pacis Solo)

http://smp-reginapacis-slo.sch.id/

SOLO, SERVIAMNEWS.com– Judul di atas merupakan tema workshop yang diselenggarakan oleh Yayasan Winayabhakti Surakarta pada tanggal 17-18 Desember 2018. Bertempat di Auditorium Kampus Regina Pacis Surakarta, guru dan karyawan SMP-SMA Regina Pacis Surakarta mengikuti kegiatan yang dipandu oleh Joko Prasetyo dari Spiritindo Training & HR Management Consultant. Workshop yang digelar di penghujung semester gasal ini dimulai pada pukul 07.30 dan berakhir pada pukul 14.00 per harinya.

Sekolah Katolik dikenal sebagai institusi pendidikan yang dikenal memiliki ciri khas yang sangat kuat. Selain unggul dalam bidang akademis, sekolah Katolik dikenal mampu mendidik peserta didik menjadi pribadi yang berkarakter. Tidak mengherankan apabila sekolah Katolik menjadi rujukan utama masyarakat dalam menyekolahkan anaknya.

Namun seiring perkembangan zaman, banyak dijumpai pasang surut jumlah siswa baru di beberapa sekolah Katolik. Hal ini menjadi bahan refleksi terhadap diri sendiri. Tentu saja terdapat hal yang dipandang kurang maksimal dari sekolah Katolik di era terkini sehingga masyarakat tidak menjadikan setiap sekolah Katolik sebagai primadona di mata mereka. Berpijak dari paradigma tersebut, perubahan ke arah yang lebih baik wajib dilaksanakan dimana hal tersebut dimulai dari pihak internal sekolah sendiri.

Perubahan menjadi hal yang tidak dapat dipungkiri terjadi. Kemajuan zaman harus sejalan dengan kemauan pihak sekolah untuk berubah menyesuaikan diri dengan keadaan yang riil. Setiap hal di dunia selalu berubah kecuali prinsip. Prinsip yang kuat akan menentukan eksistensi dan kemajuan yang dicapai oleh sekolah.

Joko Prasetyo selaku pembicara menekankan bahwa memulai perubahan memang tidak mudah. Konsisten dalam melaksanakan hal yang baru juga tidak mudah. Namun apabila sedari awal didasari dengan niat dan tekad yang kuat serta berpegang teguh pada prinsip yang tertulis dalam Alkitab maka tidak ada hal yang mustahil dicapai. Dalam hal ini pembicara memiliki prinsip bernama PDCA yang merupakan singkatan dari Plan, Do, Check, Act. Dedikasi juga menjadi poin penting dalam unsur perubahan positif yang tidak dapat dipandang remeh.

Pada hari pertama workshop, pembicara menekankan poin mengenai pentingnya perubahan dilakukan sesegera mungkin. Selain sesi materi, kegiatan juga diselingi dengan diskusi kelompok untuk membahas visi sekolah. Pada hari kedua, kegiatan diawali dengan presentasi hasil diskusi kelompok dimana SMP Regina Pacis Surakarta diwakili oleh Maria Monika Wahyu Utami, M.Pd. sedangkan SMA Regina Pacis Surakarta diwakili oleh Maria Budi Priyarti, M.Pd. Hal yang ditekankan oleh pembicara di hari kedua menyangkut etos kerja.

Setiap insan di institusi pendidikan baik kepala yayasan, kepala sekolah, guru, karyawan, hingga satpam wajib mengedepankan aspek profesional guna menghadirkan kinerja yang maksimal. Profesional dalam hal ini mencakup lima hal yakni bertanggung jawab, fokus pada kualitas, memiliki keinginan berprestasi tinggi, fokus memberi kontribusi atau manfaat, serta bertindak sesuai etika dan norma atau aturan yang berlaku.

Workshop yang diselenggarakan dalam nuansa serius namun santai ini disertai dengan sesi tanya jawab dan ice breaking. Dalam sesi ice breaking, guru-guru SMP dan SMA Regina Pacis Surakarta menyumbangkan suara untuk bernyanyi bersama. Tidak ketinggalan pula Suster Veronica Sri Andayani, OSU turut memeriahkan acara dengan memimpin para peserta workshop untuk berjoget bersama dengan iringan musik pop – campur sari-dangdut.

Workshop di penutup tahun 2018 ini memberikan banyak pencerahan dan motivasi tambahan bagi para guru dan karyawan. Siraman materi dari pembicara menguatkan tekad dan prinsip yang dimiliki. Diharapkan dorongan moral yang didapatkan dalam dua hari tersebut mampu memperteguh semangat para guru dan karyawan dalam berkarya dan mendidik generasi muda.

Christianto Dedy Setyawan, S.Pd (Guru SMA Regina Pacis Solo)

http://smareginapacis-solo.sch.id

Follow by Email
Instagram
Copy link
URL has been copied successfully!