SUKABUMI, SERVIAMNEWS.com – Kamis, 15 Desember 2022, SMP Yuwati Bhakti Sukabumi berkesempatan terlibat dalam kegiatan Pekan Kebudayaan Daerah Kota Sukabumi. Pada kesempatan tersebut, 13 peserta didik kelas VII SMP Yuwati Bhakti menampilkan Tari Tani yang dibimbing oleh Ibu Euis Sriwulan, narasumber dalam kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang telah dilaksanakan oleh SMP Yuwati Bhakti sejak bulan Oktober 2022. Penampilan Tari Tani oleh 13 peserta didik tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan Pekan Kebudayaan Daerah Kota Sukabumi yang berlangsung di Gedong Seni Aher. Ke-13 peserta didik tersebut merupakan peserta terpilih dari projek P5 yang bertema “Kerifan Lokal” dengan mempelajari tari tradisional daerah Jawa Barat.

Seusai tampil di Gedong Aher, berbagai macam perasaan diceritakan peserta didik. “Saya menjadi termotivasi untuk berani tampil di depan para tamu meskipun sebelum tampil ada perasaan gelisah karena ini pertama kalinya saya tampil menari di depan umum,” ungkap Christine salah satu peserta didik kelas VII yang menjadi penari. Semoga saya dapat menunjukkan rasa percaya diri dan dapat belajar untuk melestarikan tarian daerah dengan mempelajarinya,” katanya lagi memotivasi dirinya sendiri. Peserta didik lain pun mengungkapkan kesan yang senada,” Saya senang karena dapat menarikan tarian tradisional di acara Pekan Kebudayaan Daerah Kota Sukabumi.  Kami dapat membawa nama baik sekolah dan juga melihat berbagai tampilan yang berasal dari sekolah atau kelompok lain. Saya bangga karena saya dapat mempererat persatuan antar masyarakat,” ungkap Novalina.

Sedikit berbeda dengan 2 temannya yang perempuan, Alpha, peserta didik laki-laki yang juga turut serta menari dalam Pekan Kebudayaan Daerah tersebut merasa kaget ketika terpilih menjadi salah satu penari. Hal itu dirasakan karena dalam Pekan Kebudayaan Daerah tersebut, mereka akan disaksikan langsung oleh Bapak Walikota Sukabumi. Namun, karena ingin membawa nama baik sekolah, ia pun berlatih dengan sangat serius agar penampilan mereka membanggakan sekolah. Setelah selesai tampil dengan lancar, ketegangan pun berkurang berganti dengan rasa bangga dan haru karena telah berhasil tampil di depan Bapak Walikota dan para hadirin.

Refleksi dan pengalaman yang dirasakan peserta didik sangat penting dalam setiap kegiatan, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Hal itu senada dengan harapan yang tersirat dalam Kurikulum Merdeka, yakni kesempatan mengembangkan karakter dan mencintai budaya Indonesia. Sekolah berharap dengan pengalaman terlibat dalam Pekan Kebudayaan Daerah Kota Sukabumi ini, peserta didik SMP Yuwati Bhakti makin percaya diri, berdaya juang, bersukacita dalam belajar, dan mencintai Budaya Indonesia. Salam Serviam.

Agnes Tri Maryunani

Kampus Ursulin Yuwati Bhakti: https://smp.yuwatibhakti.sch.id/

KOTAMOBAGU, SERVIAMNEWS.com – Seluruh peserta didik SMA Katolik Theodorus, Kotamobagu, Sulawesi Utara mengikuti kegiatan “Theodorus Camp 2022”, Senin- Rabu, 12-14 Desember 2022.  Acara bertajuk “Pemimpin Kreatif yang Berkebhinekaan di Era Digitalisasi” ini rutin diadakan setiap tahun di Kampus Ursulin SMA Katolik Theodorus Kotamobagu. Theodorus Camp 2022 kali ini merupakan penyelanggaran ke tiga kalinya, dan dua kali sebelumnya tidak bisa diadakan karena pandemi Covid -19.

Adapun tujuan dari acara Theodorus Camp yaitu untuk menumbuhkan semangat pemimpin, membangun semangat solidaritas dalam kebhinekaan, menumbuhkan semangat insieme, dan meningkatkan kreativitas serta keterampilan di era digitalisasi. Beberapa kegiatan dalam Theodorus Camp yaitu lomba memasak, lomba yel-yel, lomba pensi, kebersihan lingkungan.

Dalam sambutan pembukaan, Ketua Panitia Acara, Felani Towaki, S. Fils, menuturkan kegiatan Theodorus Camp sangat dirindukan oleh para siswa karena menjadi ajang yang penuh dengan kegembiraan dan kreativitas. “Tema tahun ini sengaja dikaitkan dengan Value Proposition Kampus dan semangat Kurikulum Merdeka,” kata Felani Towaki.  Sementara itu beberapa peserta didik SMA Katolik Theodorus Kotamobagu yaitu Given Gumenggelung dan Chrisentio Sumangando menuturkan bahwa senang, sangat menikmati, dan bersemangat mengikuti acara Theodorus Camp.

Aprianita Ganadi

Kampus Ursulin Theodorus Kotamobagu: https://kampustheodorus.web.id/

Orasi Ilmiah oleh Pak Rully, Dosen Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat (STPM), Santa Ursula Ende.

Yang saya hormati, Senat Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Santa Ursula Ende, 
Yang saya hormati para tamu kehormatan, Yang saya hormati, para orang tua wisudawan-wisudawati,
Yang saya banggakan para wisudawan-wisudawati.
Dan Yang saya cintai segenap civitas akademika Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Santa ursula Ende

Selamat Pagi dan Salam Sejahtera bagi kita semua

Izinkan saya membawakan orasi ini dengan judul:

Generasi Muda di Era Pembangunan dan Digitalisasi

Sebulan lalu, tepatnya di Bangkok, sebuah perusahaan besar yang bergerak di dunia digital dan gadget, HUAWEI mengadakan Mobile Broadband Global Forum yang meluncurkan teknologi 5G dengan slogan 5G lead the stride (5G Pemimpin Langkah).[1]

Moment itu menjadi sebuah etape baru dalam sejarah perkembangan teknologi. Bahwa teknologi 4G yang sekarang terpakai di handphone kita masing-masing, akan segera digantikan oleh teknologi baru 5G. Teknologi ini diprediksikan membuat dunia dan kehidupan kita menjadi lebih canggih, cepat dan lebih luas daya jangkauannya.

Kemampuan yang canggih, cepat dengan daya jangkau yang makin luas, tentunya membutuhkan skill dan pemahaman manusia di atas rata-rata. Sebab, akan ada banyak fitur maupun mekanisme teknologi baru. Sudah pasti, otak dan otot yang fresh menjadi kualifikasi pertama dan utama untuk mengoperasikan sistem-sistem digital itu. Dalam konteks ini, sadar atau tidak, cepat atau lambat, kualifikasi ini akan mengkondisikan dan mengedepankan generasi muda, generasi Z atau anak zaman now sebagai pemain utama di era ini.

Fakta ini semakin mapan ketika perusahaan Huawei dalam acara itu, menampilkan generasi-generasi muda dari berbagai negara yang mengoperasikan berbagai sistem. Mereka itu adalah pebisnis muda sampai para entertaint muda yang menggunakan Instagram, Youtobe, Tiktok atau pun Facebook untuk mempromosikan diri, menampilkan berbagai kegiatan atau menjual berbagai produk untuk mendapatakan cuan atau keuntungan dari berbagai endors dan iklan pada akun mereka masing-masing.

Pada hadirin yang terhormat,

Sadar atau tidak, dunia kita sedang dan sudah bertransformasi. Transformasi ini terjadi begitu cepat, bagaikan dunia yang terus berlari, sebagaimana dikatakan Anthony Giddes, a Ranaway World. Jika pada masa tradisional, dengan bertani orang bisa hidup dari hasil alam, atau di masa modern dengan menjadi pekerja kantoran orang sanggup memperoleh kesejahteraan, perlahan di masa kini, dengan menjadi Youtober atau menjadi selebgram yang punya ribuan subsricber dan follower atau bermain saham di Forex dan berdagang dengan bitcoin, orang sudah bisa menjadi sultan-sultan dengan topangan finansial memadai.

Maka dari itu, tidak mengherankan jika generasi sekarang, dengan usia relative cukup muda, sanggup memperoleh penghasilan yang cukup. Hidup kelihatan jadi mudah bagi mereka. Ketenaran serta berbagai kesenangan pun mengikutinya. Model dan lifestyle seperti ini kemudian menjadi ikonik dan menjadi imaginasi bagi generasi zaman ini. Sungguh benar, jika banyak generasi muda yang sibuk di dunia digital dan berlomba-lomba menjadi viral di media sosial.

Seperti sebuah panggilan alam, istilah hypperconnected ( kecenderung memperluas koneksi melalui jaringan di media sosial) dan istilah always on (selalu online di media sosial) menjadi back up utama, ketika mereka ingin bertransformasi menjadi pribadi-pribadi yang eksis sambil meraup cuan atau uang dari dunia digital.[2] Maka, jika di masa lampau, Filsuf Prancis, Rene Descartes, menegaskan eksistensi manusia dengan mengatakan , Cogito Ergo Sum, Saya berpikir maka saya ada, maka di era digital ini semboyannya adalah, saya online maka saya ada. [3]

Idealisme menjadi eksis dan sejahtera melalui dunia digital telah menerobos ke ruang-ruang kehidupan. Di masa kini, jika orang tidak berinovasi dan memanfaatkan dunia digital dengan berbagai atribut dan mekaninsmenya, cepat atau lambat, anda akan tergilas oleh berbagai perubahan yang ada. Untuk itu, pemahaman, kelincahan dan kecepatan dalam beradaptasi dengan berbagai perubahan merupakan hal utama yang dibutuhkan di masa ini dan oleh generasi ini.

Dengan bonus demografi milik negara dan juga oleh daerah ini, kita bisa menjadi optimis, bahwa di era Indonesia Emas di tahun 2045, bangsa kita bisa mencapai kemakmuran dan kemajuan sebagai cita-citanya

Namun saudara-saudari sekalian, kita pun tidak bisa menafikan bahwa perubahan yang terjadi, akibat kemajuan sains dan teknologi ini, selalu berpotensi merambah pun menabrak ke segala arah, bahkah manusia sendiri kadang tidak bisa mengontrolnya. Akibatnya, berbagai macam bahaya dan resiko selalu menanti di ujung setiap perubahan dan kemajuan zaman. Berkaitan dengan hal ini, dalam karyanya, Runaway World, Anthony Giddens menulis,

“Science and technology are inevitably involved in our attempts to counter such risks, but they have also contributed to creating them in the first place” (Sains dan teknologi adalah hal yang pasti dalam usaha manusia untuk menangani resiko-resiko, namun sains dan teknologi jugalah yang menjadi penyumbang pertama dalam menciptakan bahaya dan resiko)[4]

Kita tidak bisa menuntup mata, bahwa banyak situasi mengkhawatirkan yang melingkupi generasi ini. Hal ini semakin menguat ketika belum ada sinkronisasi antara pembangunan dan perkembangan infrastruktur digital dengan dukungan keseimbangan perkembangan dan pertumbuhan sumberdaya manusia, terutama di level lokal. Dalam skala mikro, indikator dari hal ini cukup jelas terpampang dari fenomena-fenomena yang mendeskripsikan bagaimana generasi sekarang, yang banyak salah kaprah dan terdampak efek negatif penggunaan media sosial, fitur digital maupun media digital

Mental pasif, mental instan dan kecanduan tawaran dunia digital, seperti asyik dengan media sosial ataupun game online selama berjam-jam menjadi fakta yang tidak terelakan yang bisa kita temui di sekitar kita.

Anak-anak sekolah dan mahasiswa pun telah menghamba pada Google untuk memecahkan segala persoalan tugas dari guru dan dosen. Bagai semut mengerubuti gula, tempat-tempat dengan ketersediaan wifi telah menyita waktu generasi ini untuk berlama-lama dan asyik bermain game online. Youtobe, Facebook, Instagram, Tiktok ataupun Snack video dengan berbagai konten, mulai dari yang paling sopan sampai yang paling fulgar telah menyedot mereka. Mereka hanya menonton dan menikmati apa yang disajikan di dunia digital, tanpa menyadari bahwa semua infromasi akan mengkonstruksikan etika, etos hidup maupun standar perilaku sampai ke alam bawah sadar.

Alhasil, era ini sungguh sanggup menghasilkan generasi menunduk, yang terus menunduk dan sibuk dengan urusan pribadi dan keasykian sendiri. Mereka tidak mengangkat kepala untuk melihat, menyadari serta kritis dalam menanggapi berbagai fenomena sosial kemasyarakatan serta fenomena kehidupan sekitarnya.

Konseskuensi lainnya, yakni selain menggerus semangat produktif dan militansi generasi ini untuk berjuang, tetapi juga mengaburkan batas-batas etika dan standar moral budaya setempat. Tidak mengherankan jika muncul berbagai konten di media online yang tidak beretika, mulai dari hoax, ujaran kebencian, cyberbullyng (pembulian di media sosial). Dan, bahkan bukanlah hal baru ketika terjadi aksi pamer lekukan tubuh untuk meraih like, memperoleh ribuan viuwer dan menjadi viral atau memperoleh untung dari media sosial. Konten digital bertajuk Kebaya Merah, mungkin bisa menjadi salah satu contohnya.[5]

Saudara-saudara, kita hidup di era, di mana dunia semakin sulit untuk diatur dengan mental manusia yang semakin berubah dan semakin abai. Sementara itu, di pihak lain, bangsa ini, daerah kita, masih sangat membutuhkan perubahan-perubahan terutama di level masyarakat akar rumput seperti di desa. Proses pembangunan di desa dalam daerah ini mesti terus dikawal dan dikedepankan.

Hal ini amat diperlukan, mengingat proses pertumbuhan di desa, baik sumberdaya manusia maupun sumberdaya ekonomi yang masih belum cukup membanggakan, meskipun hampir 2 periode ini pemerintah telah menguncurkan dana yang tidak sedikit, baik untuk daerah terutama untuk desa.

Perkembangan daerah dan desa yang lamban ini tentu menuntut banyak inovasi, terobosan dan transformasi yang tidak bisa menunggu, terutama di bidang advokasi, pelibatan masyarakat dan teknologi infromasi.[6] Hal ini tentunya membutuhkan ide-ide dan otot-otot segar dari mereka, terutama generasi muda, yang tidak hanya terpaku pada kehebatan di daerah atau wilayah sendiri, seperti katak dalam tempurung, tetapi mereka yang sanggup keluar dari diri, bertemu banyak orang dan menimba banyak pengelaman  dan pengetahuan berkat perjumpaan baik secara langsung maupun online, lokal dan global

Dari sana, orang bisa menimba pengetahuan lalu kembali dengan ide dan konsep serta aksi untuk membuat banyak terobosan di daerah dan di desa. Dan ini hanya bisa dilakukan paling banyak oleh generasi muda. Ini adalah modal yang bisa dikembangkan apabila generasi ini ingin membentuk wajah daerah dan desa-desa kita agar sejahtera dan manusiawi

Mengapa mesti demikian? Alasannya adalah perubahan, pembangunan, nasib dan situasi bangsa ini, secara perlahan telah bergeser dari tangan generasi Baby Boomer ke tangan generasi Milenaial dan generasi Z.[7] Oleh kerena itu, sebagai generasi muda, termasuk anda semua, para wisudawan-wusydawati, tidak bisa menunggu sambil terus berpangku tangan dan kaki. Ada peran-peran, baik dalam pranata sosial maupun di level karya, baik itu pihak swasta maupun pemerintahan, yang secara bertahap dan etis mesti dipindahtangankan dan diatur oleh generasi yang lebih mengerti zaman ini.

Hal ini tentunya tidak menegasikan aspek proses. Sebab, tanggungjawab ini hanya bisa dipikul oleh mereka yang benar-benar memiliki kapasitas untuk menjalakannya. Untuk itu, kampus dan berbagai pranata pendidikan, termasuk keluarga, mestinya selalu memberikan yang terbaik dalam menyiapkan berbagai proses dan menuntun generasi ini untuk siap menghadapi zamannya.

Namun, saudara-saudari, pertanyaan kemudian muncul di sini. Apakah anda sekalian sudah siap memikul tanggungjawab ini? Mengurus banyak hal, mulai dari persoalan sosial, persoalan kemasyarakatan, persoalan kebiasaan dan tradisi masyarakat sampai dengan persoalan-persoalan pembangunan, entah itu meyangkut infrastruktur dan pembangunan sumberdaya manusia?

Apa yang mesti dibuat?

Berhadapan dengan pertanyaan tadi, beberapa hal dapat diajukan di sini. Pertama, penting untuk menumbuhkan habitus digital. Habitus digital merupakan pola hidup baru di era digital, di mana kita semua, terutama genarasi muda, tidak hanya menggunakan berbagai kemudahan dan aplikasi di dalam dunia digital untuk kesenangan semata, tetapi mesti cakap, kreatif dan produktif.

Kecakapan di sini tentunya menuntut pengertian dan pemahaman cara mengoperasikan berbagai instrument yang berkaitan dengan dunia digital, sambil tetap mengerti secara baik, apa implikasinya ke depan, baik yang positif maupun yang negatif.

Sementara itu, kreatif dan produkti berarti memiliki daya yang kuat untuk memanfaatkan perkembangan digitalisasi ini. Dengan kreatifitas dan produktifitas, generasi ini mesti sanggup menciptakan inovasi-inovasi baru berbasis digital, yang bukan hanya untuk tujuan pamer atau gagah-gagahan saja, tetapi terutama membawa dampak yang berarti bagi perkembangan dan pembangunan masyarakat pada umumnya seperti, mengembangkan bisnis digital, ekosistem jejaring dan usaha berbasis digital, ataupun jejaring diskusi digital yang bisa mempengaruhi kebijakan sosial dan politik negara ini ke arah yang positif.

Namun, saudara-saudari, di atas semua itu, hal kedua yang perlu diingat dan dipraktikan ialah bahwa urgensi pengembangan habitus digital ini, perlu ditopang oleh karekater yang kuat. Sebagai lembaga pendidikan yang bernaung di bawah sebuah Yayasan Katolik, Santa Ursula, kita boleh berbangga bahwa kita mempunyai nilai-nilai dasar Pendidikan Serviam, yang juga diangkat menjadi tema besar dalam wisuda kali ini yakni  integritas dan tangguh dalam menghadapi tantangan zaman.

Pada tataran yang paling sederhana integritas ialah melakukan apa yang dikatakan dan dipikirkan, lalu memikirkan lagi atau berefleksi, menginternalisasikan dan menunjukan nilai-nilai dari apa yang telah dilakukan. Hal ini mesti tumbuh menjadi dialektika antara kata dan perbuatan yang tidak pernah putus sehingga sanggup membentuk kapasitas dan kapabilitas pribadi-pribadi yang tidak terjerumus menjadi sekutu NATO, (No Action, Talk Only) orang yang hanya banyak omong dan tidak berbuat apa-apa, tetapi menjadi pribadi yang sanggup memberikan teladan, melalui kata dan perbuatan, sebab orang bijak pernah berkata, kata-kata meneguhkan, tetapi telandalah yang menggerakan.

 Selain itu, masyarakat ini juga sudah cukup keyang dan bosan dengan perilaku para pengumbar janji kesejahteraan masyarakat yang tidak punya hati dan aksi yang tulus serta militansi untuk mewujudkannya. Dialektika yang sama juga akan memungkinkan kita untuk tidak gegabah dan salah kaprah dalam bertindak. Selain itu ia juga sanggup mentransformasi pribadi-pribadi yang visioner, yang bisa melihat dan memprediksikan secara jauh apa yang akan terjadi, sehingga sanggup melakukan berbagai antisipasinya.

Dengan modal karekter ini serta skill dalam dunia digital, tentu akan menjadi bekal yang layak, sehingga membuat kita optimis dan berani untuk menghadapi tantangan zaman, tantangan pembangunan masyarakat dan tantangan era digital. Karekater ini akan memperkuat berbagai potensi  yang sudah ada di dalam diri anda masing-masing untuk berjuang dan terus eksis serta berpresatsi secara positif.

Epilog,

Saudara-saudari yang saya hormati, generasi muda (termasuk anda semua yang hari ini memakai toga wisuda) adalah aset dan masa depan bangsa, namun sekaligus pada saat yang sama, bisa menjadi bom waktu. Jika didampingi dengan sungguh ataupun anda sendiri sanggup sadar diri untuk segera beraksi dan berkarya di masyarakat, maka masa booming digitalisasi ini akan menjadi era berkah dan keuntungan bagi anda sekalian.

Namun, jika yang terjadi sebaliknya, di mana tidak ada kesadaran, habitus digital, integritas, dan berani menghadapi tantangan zaman, maka masyarakat dan bangsa ini tinggal menunggu waktu ledakan berbagai ketimpangan dan patologi sosial yang dibuat oleh generasi ini.

Maka dari itu, pilihannya ada pada tangan anda sekalian. Apakah kita mau menjadikan masa ini sebagai peluang emas kita, atau membiarkan diri kita menjadi penonton pasif dan hanya menggunakan perkembangan digitalisasi untuk kesenangan non produktif yang bersifat negatif.

Wahai generasi muda, kalian dilahirkan untuk masa ini dan kesempatan ini, maka marilah mengisi masa ini dengan baik sehingga menjadi anak tangga-tangga yang kokoh membangun masa depan desa-desa kita, masa depan daerah kita dan negara kita ke arah yang cerah, ke arah yang lebih baik..

Sekali lagi selamat bagi para wisudawan/wati. Semoga berbagai tindakan dan karya anda nanti berguna bagi gerak pembangunan masyarakat pada berbagai lini, karena kita adalah Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Santa Ursula, yang Membangun Dari Daerah Untuk Nusantara.

Sekian dan Terimakasih

Yang saya hormati, …

Para Civitas Akademika yang terhormat, izinkanlah saya memulai orasi ilmiah ini yang saya beri judul Generasi Muda di Era Pembangunan dan Digitalisasi

The world in which we find ourselves today, however, doesn’t look or

feel much like they predicted it would. Rather than being more and more

under our control, it seems out of our control – a runaway world

Science and technology are inevitably involved in our attempts to counter such risks, but they have also

contributed to creating them in the first place. (Giddens Runaway World, 2002)

Sains dan teknologi adalah hal yang pasti dalam usaha manusia untuk menangani resiko-resiko yang akan dihadapi dalam hidup, namun sains dan teknologi juga menjadi penyumbang pertama dalam menciptakan bahaya dan resiko

Mengapa pemuda mesti lebih serius dalam menghadapi tantangan zaman ini?

Huawei 5G…

Bonus Demografi yang membuat pemuda, sekarang sudah terjun ke dunia nyata, dunia pekerjaan, sela

Semangat dan karakter pemuda dari masa ke masa

kaum muda sebagai penggerak dari masa-ke masa, semangat yang luar bisa,

Bagimana digitalisasi telah mempengaruhi genarsi muda

hipperconected, dan generasi  always on… efek negative,

Sementara generasi muda sendiri banyak hal yang mesti dihadapi (efek negatfi)

Lalu bagaimana dengan Desa?

Lima tahun dana desa, tetapi belum ada perubahan di desa yang singfikant

Regulasi yang buat tidak fleksibel tapia tur dana desa…

Tingkat kreatif yang dipraktikan pada level desa sekalian


[1] HUAWEI Mobile Broadband Global Forum (www.mobileworldlive.com)

[2] Pew Research Centre, Main Findings: Teens, technology and human potential 2020 (pewresearch.org)

[3]  Rene Descartes, Meditation of First Philosophy, 1641

[4] Anthony Giddens, Runaway World, London: Profile Books, 2002, hlm.23.

[5] Pemeran Video “Kebaya Merah” Ditangkap, Begini Cara Polisi Telusuri Jejak Pelaku (Kompas.com,9/11/2022)

[6] Piter Tonael, Pemberdayaan Masyarakat Melalui Digitalitasi dan Potensi Densa, Materi Seminar Pemuda Pembangun dan Digitalisasi, Ende, 29 Oktober 2022, hal 12.

[7] Generasi Baby Boomer adalah generasi yang lahir antara tahun 1946-64, Generasi Milenial lahir antara 1981-1996, dan Generasi Z lahir antara tahun 1997-2012 (katadata.co.id)

JAKARTA, SERVIAMNEWS.com – Upacara pengibaran bendera merah putih dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-77 RI digelar di Kampus Santa Theresia, Jakarta, Rabu, 17 Agustus 2022. Turut hadir dalam upacara bendera Ketua III Yayasan Ananta Bhakti, Sr. Florentia Mujiyati, OSU. Selain dipimpin langsung oleh Kepala Satuan Pendidikan SMK Santa Theresia, Yoseph Prim Fransunu, selaku inspektur upacara, pelaksanaan atau jalannya upacara pengibaran bendera dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan, karena masih dalam masa pandemi.

Dalam sambutannya, Pak Prim menuturkan bahwa upacara bukan hanya sekedar perayaan, tetapi momen untuk memaknai kemerdekaan dalam diri kita masing-masing. Pak Prim merangkum ada 3 arti atau makna dari merdeka.  Pertama, momen pemersatu bangsa. “Indikatornya dapat dilihat apakah kita sudah memiliki kemampuan untuk menghargai perbedaan atau belum. Indikator yang lain kesediaan kita menolong sesama, misalnya membantu teman belajar. Dan apakah kita sudah mampu belajar atau bekerjasama dengan berbagai pihak,” kata Pak Prim.

Kedua, makna kemerdekaan adalah perjuangan yang belum usai. Perjuangan belum berhasil, untuk itu generasi penerus harus melanjutkan perjuangan. “Caranya berbeda dengan era yang dahulu dan sekarang. Cara yang sekarang melalui pendidikan Ursulin yang dijalankan. Tidak angkat senjata, tetapi angkat paradigma untuk komunitas pembelajaran yang seumur hidup. Membekali diri dengan ilmu dan kekuatan iman,” lanjut Pak Prim.

Ketiga, pribadi yang memiliki kebebasan. Manusia diberi kebebasan dari Tuhan untuk mengatur dirinya sendiri. Sebagai pribadi yang merdeka, tidak bergantung pada orang. “Apakah kita sudah menerapkan ke tiga makna kemerdekaan dalam kehidupan kita sehari-hari? Sejatinya, kita telah memaknai kemerdekaan itu dalam Komunitas Kampus Santa Theresia,” tutur Pak Prim.

Aprianita Ganadi

Kampus Santa Theresia: www.sttheresia-jkt.sch.id

Dalam rangka Hari Kemerdekaan RI ke- 77 tahun, kita mengulas seputar Merdeka dalam Pendidikan Ursulin bersama Ketua I Yayasan Pendidikan Ursulin, Sr. Ferdinanda Ngao, OSU:

  1. Arti arti Kata “Merdeka”?

Mendengar kata merdeka, saya selalu ingat akan Kemerdekaan Indonesia yang kita rayakan pada setiap tanggal 17 Agustus, Secara historis arti kata “merdeka” adalah terlepas dari penjajahan, penindasan, ketergantungan, keterikatan dengan penjajah. Di masa lalu arti kata merdeka dimengerti dengan konotasi negatif. Singkat kata, merdeka dimaknai sebagai “merdeka dari penjajah”.

Setelah lepas dari penjajah, kata merdeka dimaknai sebagai kebebasan dan kemandirian untuk mengatur dan menentukan kehidupan sendiri berdasarkan hak dan martabatnya. Ada pergeseran makna kata, dari bebas dari menjadi bebas untuk orang makin menyadari haknya untuk menikmati kebebasan. Ia ingin tumbuh menjadi manuasia merdeka

2. Mengapa kita masih terus berjuang meski sudah 77 tahun merdeka?

Banyak kata-kata indah yang mengatakan bahwa kemerdekaan itu adalah sebuah anugerah bagi bangsa Indonesia. Anugerah ini belum disyukuri dan dihayati sungguh-sungguh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kita memang sudah merdeka sekian lama dari penjajah, tapi sebagai manusia kita lupa bahwa kita masih dijajah oleh kelemahan dan kerapuhan kita masing-masing.

Perjuangan untuk merdeka atau bebas dari kelemahan dan kerapuhan diri, tidak mudah, membutuhkan proses yang jauh lebih lama untuk menjadi bebas. Bahkan menurut saya memerdekakan diri dari bentuk penjajahan yang ini jauh lebih sulit. Bisa menjadi perjuangan seumur hidup jika tiap kali kita jatuh lagi, jatuh lagi, dan terperangkap ke dalam kelemahan yang sama. Kesulitan memerdekakan diri seringkali menyebabkan kita justru bertumbuh menjadi penjajah-penjajah bagi orang lain yang hidup bersama dan bekerja bersama kita.

3. Bagaimana mengisi Kemerdekaan dengan hal-hal yang positif?

Menurut hemat saya, yang paling mendsar adalah berusaha memerdekakan diri dari segala bentuk kerapuhan kita sebagai manusia dengan mengadakan rekonsiliasi dengan diri sendiri dan dengan orang lain yang hidup dan bekerja bersama kita. Hanya dengan kesadaran untuk mengakan rekonsiliasi secara terus menerus dengan diri sendiri dan dengan orang lain, perlahan-lahan namun pasti, kita akan bertumbuh menjadi manusia Indonesia merdeka.

Salah satu ciri manusia Indonesia Merdeka adalah manusia yang memfokuskan dirinya bagi kepentingan dan kebahagiaan orang lain baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, maupun bangsa. Ia tidak sibuk dengan kepentingan dan keuntungan diri terus menerus, melainkan terus berupaya memberikan sebagala bakal, potensi, kemampuan-kemampuan, waktu, tenaga, dan perhatian hanya demi kesejahteraan orang lain dan kesejahteraan bangsa. Jadi, kita bereskan semua hal yang membelenggu dalam diri kita terlebih dahulu. Setelah itu baru kita bisa mengisi kemerdekaan dengan hal-hal yang positif.

Dampak peristiwa kemerdekaan 77 tahun, kita menikmati buah-buah kemerdekaan, seperti:

  • Kita punya jadi diri dan budaya bangsa yang jelas
  • Harga diri, rasa nasionalis, kebanggaan dan cinta terhadap NKRI semakin meningkat.
  • Bangsa dan negara kita sudah masuk dalam perhitungan dunia
  • Kita mampu mengelola kekayaan-kekayaan kita sendiri, tidak dikelola oleh bangsa lain.
  • Banyak tokoh-tokoh kita yang diakui kehebatannya pada level dunia baik yang sudah kita kenal maupun yang belum sempat terkespos
  • Sekarang ini negara kita masih bisa bertahan dalam krisis global

4. Bagaimana cara memerdekaan manusia melalui pendidikan?

Selaras perkembangan zaman yang semakin pesat dan cepat, kata merdeka sekarang ini lebih dimaknai sebagai kebebasan untuk bereksplorasi, menciptakakan berbagai inovasi dan kreativitas dalam menjawab kebutuhan dan tantangan zaman dengan daya analisa yang tinggi. Perkembangan zaman yang serba tidak pasti, menantang manusia Indonesia untuk lebih bersikap kritis, kreatif, dan analitis dalam melakukan adaptasi- adaptasi.

Sikap-sikap ini saja tidak cukup. Generasi muda kita perlu dibiasakan dalam pendidikan untuk memiliki “wisdom” atau kebijaksanaan dan kemampuan untuk memilih dan membuat keputusan secara cepat dan tepat. Pendidikan nuranis sangat penting. Nurani yang baik akan menuntun generasi muda kita mampu memilah-milah mana yang baik dan berguna, dan mana yang tidak baik dan tidak berguna.

Jadi, saya mau katakan memerdekakan bukan berarti membiarkan saja mereka mengikuti arus perubahan zaman secara mambabi buta. Asak mereka senang, mereka pilih. Tidak demikian. Pilihan dan keputusan yang mereka ambil harus berdasarkan nurani yang baik dan bersih. Dari nurani yang demikian muncul keyakinan-keyakinan yang benar. Keyakinan-keyakinan dimaksud adalah keyakinan yang mendorong mereka untuk melakukan hal-hal positif yang membahagiakan dan memajukan kesejahteraan banyak orang.

Sekarang ini saya masih berpikir begini. Memerdekakan manusia melalui pendidikan adalah membiasakan keberanian, kemandirian, dan ketangguhan dalam menghadapi berbagi tantangan hidup dalam diri generasi muda kita. Selama manusia takut terhadap tantangan hidup, dia belum merdeka karena ketakutan membelenggu dirinya. Maka dalam pendidikan, generasi muda kita perlu diberi ruang untuk membiasakan diri dengan keberanian, kemandirian, dan ketangguhan mental.

Proses pembiasaan perlu dimulai sejak dini. Generasi negara-negara maju usia 18 tahun sudah bisa mandiri. Mereka merasa malu jika masih dibiayai oleh orang tua. Mengapa generasi muda kita pada umumnya masih nebeng hidup dengan orang tua? Karena belum bebas alias masih takut, belum bisa mengatur hidupnya, ingin bergantung terus, dan cenderung memanjakan diri.

5. Merdeka seperti apa yang dihayati dalam semangat Serviam?

Bersyukur sekarang ini ada kurikulum merdeka belajar. Mudah-mudahan kurikulum ini lebih mengutamakan pembiasaan karakter keberanian, kemandirian, dan ketangguhan, Berani bersikap kritis, mandiri melakukan inovasi-inovasi dan menciptakan hal-hal baru, serta tangguh menemukan peluang-peluang dalam setiap hambatan yang dihadapi. Tidak mudah menyerah pada perubahan zaman yang serba cepat, kompleks, dan mendua tetapi berani menghadapi dengan sikap kritis, kreatif, dan membuat pilihan-pilihan positif yang berguna bagi kesejahteraan orang lain dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa Indoensia dengan bijaksana.

Sekolah-sekolah Ursulin mempunya core value berupa nilai-nilai Serviam: Cinta dan Belas Kasih, Integritas, Totalitas, Keberanian dan Ketangguhan, Persatuan dan Pelayanan. Keenam nilai ini adalah pilar-pilar bagi kita semua untuk bertumbuh menjadi manusia- manusia merdeka, manusia yang memiliki kebebasan batin. Ia bebas mencintai dan menaruh belas kasih, bebas menjadi panutan, bebas memberikan diri secara utuh, bebas untuk bersikap berani, bebas untuk membangun persatuan dan terakhir bebas untuk melayani siapa saja tanpa memandang suku, agama, ras, dan golongan.

Sebagai penutup, saya mengutip kata-kata penyair Khalil Gibran: “Hidup tanpa kebebasan seperti tubuh tanpa jiwa, Kebebasan tanpa akal seperti roh yang kebingungan. Hidup, kebebasan dan akal adalah tiga dalam satu, abadi dan tidak pernah sirna….

LABUAN BAJO, SERVIANEWS.com – Keuskupan Ruteng bersama Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat dan Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores mengadakan Festival Golo Koe Laboan Bajo tanggal 8-15 Agustus 2022. Acara diselenggarakan Keuskupan Ruteng sebagai salah satu wujud dari tema tahun pastoral 2022 yaitu “Berpartisipasi, Berbudaya, dan Berkelanjutan.”

Bertempat di Gua Maria Golo Koe Labuan Bajo dan Waterfront City Marina Labuan Bajo acara diisi dengan pameran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang diikuti oleh 150 pelaku UMKM dari tiap paroki serta berbagai kesenian rakyat. Semua sekolah di Labuan Bajo dari Paroki-Paroki Keuskupan Ruteng turut berpartisipasi dalam kegiatan festival Golo Koe.

Peserta didik SD Santa Angela Labuan Bajo turut serta memeriahkan festival dengan menampilkan mix tradisional dan modern dance “Gori de Molas Manggarai Dalam Pusaran Waktu”, Kamis, 11 Agustus 2022. Tarian ini menggambarkan pekerjaan molas/gadis Manggarai dalam pusaran waktu/lintas jaman. Keseharian molas Manggarai pada zaman dahulu digambarkan dalam gerakan weri woja/latung, ako woja, tuk/tumbuk, tepi/tampi dan dedang/tenun.

Kemudian mengalami perkembangan seiring kemajuan teknologi yang digambarkan dengan Gerakan “membawa laptop dan mengetik”. Itulah molas Manggarai yang Tangguh melintasi arus perubahan jaman. Maju terus molas Manggarai!

Aprianita Ganadi

Kampus Santa Angela Labuan Bajo : http://www.kampusstangelalabuanbajo.sch.id

SOLO, SERVIAMNEWS.COM– Bergulirnya pandemi covid-19 sejak Maret 2020 telah mengubah wajah dunia pendidikan kita. Peralihan media belajar ke arah serba digital, pemantauan perkembangan karakter dan capaian belajar siswa dari jarak jauh, hingga penerapan kurikulum darurat menjadi gambaran wajah alam sekolah dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Adanya pandemi ini praktis memicu para guru untuk beradaptasi dan berinovasi. Proses menyatunya guru dengan pendidikan era pandemi tidak hanya tercermin dalam variatifnya metode pengajaran dan tingkat kedalaman materi, namun juga tertanam di dalam pikiran bahwa pandemi ini dapat dikalahkan.

Dalam upaya menjaga semangat optimisme pembelajaran di era yang kini memasuki masa transisi pasca pandemi, Yayasan Winayabhakti Solo mengadakan rekoleksi bertema Bangkit dari Pandemi Terus Berkreasi pada tanggal 11 Juli 2022. Bertempat di Auditorium Kampus Regina Pacis Surakarta, rekoleksi yang dipimpin oleh Bapak Johanes Eka Priyatma tersebut diikuti oleh suster, guru SMP dan SMA Regina Pacis Surakarta, serta para karyawan.

 Sr. Veronica Sri Andayani, OSU membuka rekoleksi dengan seruan semangat kepada para peserta dalam menghadapi masa transisi pandemi ini, Pada perjumpaan offline tersebut, para peserta rekoleksi diajak untuk menanamkan mindset positif, aktif, dan produktif. Bapak Eka selaku narasumber yang pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta menguraikan posisi kita sebagai pendidik selama masa pandemi dan bagaimana langkah terbaik untuk melangkah ke depannya.

Dalam rekoleksi ini Bapak Eka mengawali sesi materi dengan memaparkan seperti apa posisi sekolah kita di era terkini. Beliau juga menguraikan ancaman dan peluang akibat pandemi yang dapat dirasakan langsung oleh dunia pendidikan. Kompleksitas pendidikan abad 21 yang penuh dengan dinamika berkaitan erat dengan aspek transformasi yang wajib digerakkan dari lingkungan internal sekolah. Semangat untuk senantiasa berkreasi di masa transisi pandemi mengarahkan para pendidik untuk merefleksikan perspektif mana yang digunakan dalam menjaga dan meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Penjaminan mutu, efisiensi, investasi, manajemen, teknikal, ekonomi, psikologi, spiritual, sosial, motivasi dan eksistensi, makna, serta jejaring multi aktor merupakan aspek terkait mutu sekolah yang dihidupi dan dikembangkan.

Kesadaran kolektif terkait hal tersebut mengarahkan para pendidik untuk mengidentifikasi kelebihan yang dimiliki sekolah kita dibandingkan dengan sekolah lain, kebutuhan pendidikan yang diminati oleh masyarakat sekitar, siapa saja murid yang menjadi sasaran sekolah kita, serta kekurangan di sekolah kita yang perlu diperbaiki. Guna mengeksekusi hal ini diperlukan adanya growth mindset yang terpatri di benak seluruh elemen sekolah.

Di rekoleksi ini, Bapak Eka mengadakan dua sesi dinamika kelompok guna meresapkan intisari materi pelatihan kepada para peserta. Selain adanya diskusi kelompok, Bapak Eka juga menggelar games secara berkelompok tentang growth mindset atau mentalitas bertumbuh. Permainan ini cukup sederhana namun diperlukan kecermatan dan kekompakan dalam menyelesaikannya. Aturan mainnya adalah setiap orang di kelompok menerima enam potongan kertas secara acak. Seluruh anggota kelompok diminta untuk menyusun bujur sangkar bermodalkan kertas acak tadi. Antar anggota kelompok boleh saling bertukar kertas namun dilarang berbicara. Kelompok yang masing-masing anggota kelompok di dalamnya sukses menyusun bujur sangkar adalah pemenangnya.

Melalui rekoleksi ini diharapkan dinamika pendidikan yang bergulir saat ini semakin menyemangati para pendidik untuk selalu melangkah maju dalam berkarya di sekolah. Mindset sebagai senjata utama dalam mengarungi arus kehidupan wajib dijaga dengan baik dan bermakna positif agar buah-buahnya pun kelak menjadi berkat bagi sesama. 

Christianto Dedy Setyawan, S.Pd (Guru SMA Regina Pacis Surakarta)

Kampus Regina Pacis Solo :

www.smp-reginapacis-slo.sch.id

www.smareginapacis-solo.sch.id

JAKARTA, SERVIAMNEWS,com – Ketua I Yayasan Ananta Bhakti, Sr Ferdinanda Ngao, OSU menandatangani “Surat Perjanjian Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Sekolah Pusat Yayasan Pendidikan Ursulin Berbasis Web Beserta Maintenance Services” bersama Chief Executive Officer PT Semesta Cipta Lab Indonesia, Anugerah Biji Sembada, di Wisma Ursulin, Sabtu, 23 April 2022.

Adapun latar belakang dari pendirian Sistem Informasi Manajemen Sekolah ini karena kecepatan dan ketepatan pengolahan data untuk menghasilkan informasi sangat dibutuhkan oleh pemangku kepentingan. Dan manajemen atas Yayasan Pendidikan Ursulin sebagai pendukung pengambilan keputusan menjadi syarat yang wajib terpenuhi.

Melalui Sistem Informasi Manajemen Sekolah ada beberapa manfaat yang didapatkan, yaitu: Mengembangkan proses perencanaan, Meningkatkan produktivitas dan kinerja, Mendukung Pengambilan Keputusan, dam Membantu meningkatkan kualitas pelayanan. Sementara itu, tujuan dari pembangunan Sistem Manajemen Sekolah Yayasan Pendidikan Ursulin yaitu dapat melakukan pengelolaan data dan informasi terkait bidang kerja yayasan.

Kemudian, dapat melakukan pengelolaan data dalam proses pembelajaran sehingga para pengambil keputusan baik di tingkat kampus sampai dengan tingkat pusat dapat melalui pertimbangan dari gambaran menyeluruh mengenai keadaan yayasan, kampus, dan/atau satuan pendidikan secara cepat, mudah, dan termuktahirkan.

Aprianita Ganadi

JAKARTA, SERVIAMNEWS.com – OSIS SMP Santa Ursula Bandung menyelenggarakan kegiatan Paskah bersama “Insieme” SMP Ursulin Provinsi Indonesia “Cetury” (Welcome to Our Story) secara virtual, Sabtu, 23 April 2022. Acara bertajuk “Useful Generation” ini diikuti oleh 19 SMP Ursulin Provinsi Indonesia yang masing-masing sekolah mengirimkan perwakilan sebanyak 20 siswa dan 3 guru pendamping. “Useful Generation” artinya kita sebagai anak muda di generasi sekarang dapat berkembang meski dilanda oleh Pandemi.

19 SMP Ursulin Indonesia terdiri dari: Santa Ursula Bandung, Yuwati Bhakti Sukabumi, Santa Angela Bandung, Regina Pacis Solo, Maria Assumpta Klaten, Santa Ursula Jakarta, Santa Theresia Jakarta, Santo Vincentius Jakarta, Santa Maria Jakarta, Santa Ursula BSD, SMP Theodorus Kotamobagu, Santa Ursula Ende, Santa Ursula Atambua, Santa Ursula Baucau Timor Leste, Santo Yusup Pacet, Santa Maria Surabaya, Cor Jesu Malang, Santa Maria Sidoarjo, Santo Bernardus Madiun.

Kegiatan Paskah bersama Sekolah Ursulin Indonesia ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan yang digagas OSIS SMP Santa Ursula Bandung dengan 7 Sekolah Ursulin pada tanggal 30 Oktober 2021. Kegiatan lanjutan ini diharapkan menjadi bentuk kerja sama yang berkelanjutan antar siswa Ursulin, perwujudan nilai Serviam yaitu Persatuan dan Integritas.

Adapun tujuan kegiatan ini yaitu: menggali inspirasi dari sosok muda sebagai acuan dari para remaja untuk menata masa depan di tengah tantangan useless generation, memupuk semangat persatuan antar sekolah Ursulin se-Indonesia, mewujudnyatakan rasa syukur atas perayaan Paskah.

Hadir dalam acara yaitu 3 narasumber: Albertus Gregory Tan (Penerima Penghargaan Kick Andy Heroes), Bea Bethari (Pegiat Lingkungan Hidup), dan Romo Harry (Salah Satu Romo yang aktif di komunitas pemuda Katolik). Acara dibuka secara simbolik oleh Ketua I Pusat Yasan Pendikan Ursulin, Sr. Ferdinanda Ngao, OSU. Dalam sambutannya, Sr. Ferdinanda, OSU menuturkan bahwa Useful Generationadalah generasi muda yang beriman, berkarakter, dan cerdas.

“Anak muda merupakan generasi penting bagi bangsa dan negera, mereka adalah aset penting untuk menentukan kelangsungan hidup dan negara. Menjadi Useful Generation dibutuhkan kekokohan batin yang kuat dan komitmen dalam menjalankan nilai-nilai Serviam. Untuk itu, jadilah pribadi yang kokoh dalam iman, karakter, dan kecerdasan,” kata Sr. Ferdinanda, OSU.

Aprianita Ganadi

Kampus Santa Ursula Bandung: www.santaursula-bdg.sch.id

BANDUNG, SERVIAMNEWS,com – Kongres I Ikatan Alumni Kampus Santa Angela Bandung bertajuk “Unity as One Family” resmi dibuka oleh Ketua III Yayasan Widya Bhakti, Sr. Korina Ngoe, OSU, Sabtu, 29 Januari 2022. Dalam sambutannya, Sr. Korina mengatakan tujuan pembentukan ikatan alumni ada empat yaitu pertama, sebagi eksistensi peran alumni Santa Angela bandung. Kedua, dapat menjadi rekan jejak alumni, menjembatani antara lulusan ke perguruan tinggi atau dunia kerja. Ketiga, sebagai wadah informasi dunia kerja, para alumni dapat sharing pengalaman kepada peserta didik yang masih belajar. Keempat, sebagai wadah akreditasi Kampus Santa Angela Bandung.

“Saya berharap ikatan alumni dapat merangkul semua angkatan dalam persatuan dan soliditas karena persatuan itu adalah dasar kekuatan. Saya percaya ikatan alumni dapat menjadi landasan untuk kegiatan 3 tahun kedepan dan periode-periode yang akan datang. Mari bersama-sama kita kobarkan semangat Serviam dalam tugas pelayanan kita masing-masing,” kata Sr. Korina.

Sementara itu, Ketua Pelaksana Kongres I Ikatan Alumni Kampus Santa Angela Bandung, Ibu Vinsensia Prabaningrum menuturkan bahwa acara pokok kongres 1 adalah pembahasan dan pengesahan dari hasil sidang pra kongres pada 22 Januari 2022. Kemudian, pemilihan ketua umum Ikatan Alumni Kampus Santa Angela Bandung, dengan 4 orang calon yang telah lolos verifikasi. “Ketua umum akan dipilih dengan sistem voting yang akan dipilih dari kurang lebih 1.000 alumni yang telah resmi mendaftar dan diverifikasi sehingga memiliki hak pilih,” imbuh Vinsensia.

 Turut hadir pula dalam acara, Ketua Ikatan Alumni Serviam Indonesia, Ibu Angela Basiroen. Dalam Sambutannya, Ibu Angela menuturkan dengan keyakinan dan kemauan para alumni Serviam dimanapun berada, lewat kekuatan dan ketangguhannya pasti dapat menjalankan program kerja dan kegiatan yang ada. “Semboyan Serviam lencana yang kita pakai sejak kecil, mari kita bersama bergandeng tangan, bersatu, dan sampaikan kepada semua saya mengabdi,” lanjut Ibu Angela.

Ada 4 orang calon Ketua Umum Ikatan Alumni Kampus Santa Angela Bandung yaitu Anastasia Herlijanti, Frangky Immanuel Kartawidjaja, Harianto, dan Abed Darmawan. Masing-masing diberi kesempatan untuk menyampaikan visi, misi dan program kerja. Hadir pula Bapak Richardus Eko Indrajit yang akan melakukan bincang-bincang dan tanya jawab dengan para keempat calon ketua umum.

Aprianita Ganadi

Kampus Santa Angela Bandung: https://portal.santa-angela.sch.id/

Follow by Email
Instagram
Copy link
URL has been copied successfully!