By: ServiamAdminus
Comments: 0
Menjadi seorang guru harus senantiasa berbahagia, sebab kebahagiaan memancarkan aura positif ke lingkungan sekitar.
SURAKARTA, SERVIAMNEWS.com – “Menjadi Guru yang Bahagia” merupakan tema rekoleksi yang dibawakan oleh Romo Yohanes Abdi Pranata, SJ di auditorium Kampus Regina Pacis Surakarta, Sabtu 13 April 2019. Diikuti oleh suster serta guru-guru dari TK-SD-SMP Maria Assumpta Klaten dan SMP-SMA Regina Pacis Surakarta, rekoleksi dibuka dengan sambutan yang disampaikan oleh Suster Veronica Sri Andayani, OSU. Acara yang bertajuk bahagia tersebut dilanjutkan dengan penampilan Pak Tono dari TK Maria Assumpta Klaten yang menyanyikan lagu seraya membawa nuansa ceria.
Dalam rekoleksi ini, Romo Abdi mengawali dengan pertanyaan yakni mengapa kita harus bahagia. Setiap orang ingin bahagia, namun tidak setiap orang mampu menjelaskan alasan di balik kebahagiaan yang didambakan. Terdapat empat poin tentang alasan bahagia yang diutarakan oleh Romo Abdi. Pertama, karena bahagia adalah ciri orang normal. Kedua, karena kita orang yang beriman akan Kristus. Ketiga, karena siapa berbahagia maka dia akan profesional. Keempat, karena kita harus punya aura bahagia.
Romo Abdi menerangkan bahwa guru yang bahagia menyemarakkan keadilan, peserta didik, dan sekolah. Guru yang bahagia melimpah berkat dan rezeki dari-Nya, bukan dari iblis. Guru yang bahagia akan selalu “survive” dalam situasi apa pun. Kebahagiaan seorang guru tidak dapat dilepaskan dari aspek pelayanan. Dalam hal ini, melayani yang dimaksud adalah melayani layaknya Yesus melayani, seperti yang tertulis dalam Matius 20: 28 dan Markus 10: 45
Melayani berarti mengikuti Yesus dan melakukan sabda-Nya. Dengan melayani maka kita akan bahagia. Dengan melayani maka kita akan menghayati panggilan sebagai guru. Semangat pelayanan inilah yang digaungkan dalam rekoleksi ini. Romo Abdi juga memaparkan sikap-sikap diri yang mampu menghambat semangat pelayanan. Sikap egois, mendua, diskriminasi, bermental minimalis, dan kebiasaan untuk tidak jujur merupakan gambaran tabiat yang wajib disingkirkan.
Penyampaian materi rekoleksi yang disampaikan dengan menyertakan contoh-contoh dari pengalaman nyata membuat peserta merasakan unsur kedekatan yang mendalam. Nuansa humor dan penuh canda tawa mendominasi jalannya rekoleksi ini sehingga waktu terasa begitu cepat ketika acara berakhir pada pukul 12.30 WIB.
Christianto Dedy Setyawan, S.Pd (Guru SMA Regina Pacis Surakarta)
Kampus Regina Pacis Solo : http://smareginapacis-solo.sch.id/
Serviam