By: ServiamAdminus
Comments: 0
Catatan singkat kegiatan Homestay XVII
SOLO, SERVIAMNEWS.com– Dewasa ini, ditengah hiruk pikuknya kota dan segala kegiatan individu yang ada disekitarnya, tanpa kita sadari, sebagian dari kita kadang lupa untuk sekedar menyapa atau mengucap salam kepada tetangga atau orang disekitar kita. Kemajuan teknologi dan arus informasi juga ikut mendorong kita menjadi individu yang pasif bahkan cuek dengan keadaan disekitar kita. Bisa kita lihat kapanpun dan dimanapun orang akan sibuk dengan gadget yang ada digenggaman mereka.
Menyadari akan hal ini, SMP Regina Pacis Solo memiliki program tahunan untuk kelas IX, yaitu homestay. Program bertujuan untuk mengajak para peserta didik sejenak meninggalkan semua kenyamanan, kemewahan, dan kebisingan kota tempat tinggal mereka. Peserta homestay akan tinggal di daerah pedesaan dan membaur dengan masyarakat yang ada disana sambil belajar apa yang dikerjakan oleh masyarakat di pedesaan.
Seperti tahun sebelumnya, sebelum melaksanakan kegiatan ini, Tim homestay XVII SMP Regina Pacis Solo melakukan survey lokasi. Atas saran dari Romo Krist yang berada di Gereja Santa Maria Diangkat Kesurga, Paroki Dalem, tim Homestay dirujuk untuk ke wilayah Dusun Dawung dan Dusun Wangon, Desa Serut, Kecamatan Gedangsari, Gunung Kidul.
Beratnya medan lokasi dan jalan yang harus dilalui, tidak membuat panitia homestay putus asa. Sebab, dimanapun kami berjalan, wajah tulus dan sapaan hangat dari warga pedesaan membuat rasa lelah hilang. Keramahan yang mereka tunjukkan kepada kami membuat kami yakin bahwa peserta didik SMP Regina Pacis Solo akan mendapat suatu pelajaran yang berharga. Hal ini sejalan dengan tema yang kami usung “Menapak Sejengkal Tanah Menemukan Keramahan”.
Homestay tahun ini dilaksanakan mulai hari Kamis, 6 Desember 2018 sampai dengan Sabtu, 8 Desember 2018. Di hari pertama semua peserta didik yang terdiri dari 148 anak dan 11 guru pendamping berangkat dari sekolah dengan 7 armada bis menuju Gereja Santa Maria Diangkat Ke Surga, Klaten. Setibanya di gereja, kami disambut oleh Ketua Dewan Paroki Gereja, Kepala Bidang Pelayanan Kemasyarakatan, Bapak Sudarman, dan Ketua Wilayah Kapel Dawung, Bapak Yohanes Sumardi.
Setelah acara serah terima di Gereja Dalem, semua peserta homestay melanjutkan perjalanan ke lokasi orang tua asuh dengan menggunakan truk. Ini merupakan pengalaman pertama bagi sebagian besar peserta. Mereka sungguh menikmati perjalanan dengan truk melalui medan yang menanjak dan berkelok-kelok. Dengan penuh keramahan, para orang tua asuh menjemput peserta didik untuk diajak ke rumah mereka masing-masing.
Pada hari pertama dan kedua homestay, peserta didik mengikuti kegiatan di keluarga masing-masing. Dari belanja kepasar, membersihkan rumah, menimba air, mencari makan ternak serta bertani. Ketika para pendamping melakukan home visit, kesan pertama dan yang selalu kami ingat adalah kesederhanaan dan keramahan warga setempat.
Dimanapun kami melangkah, ketika berpapasan mereka akan selalu mengucapkan salam dan berjabat tangan. Tak terkecuali kami kadang harus berhenti sejenak untuk sekedar menikmati segelas teh hangat dirumah warga setempat. Hal ini sangat jarang ditemui ketika kita berada dikota.
Hari ketiga adalah hari terakhir bagi para peserta didik dan guru pendamping kembali ke Solo. Setelah berpamitan dengan orangtua asuh, para peserta didik berjalan ke Kapel Dawung untuk mengikuti Misa Syukur. Sepanjang perjalanan, kami para pendamping berpapasan dengan beberapa orangtua yang mengantar para peserta homestay ke kapel. Dengan membawa buah tangan khas pedesaan, senyum ramah dan ketulusan terpancar dari wajah mereka.
Tiba di Kapel, semua peserta didik dan orang tua asuh mengikuti Misa Syukur yang dipimpin oleh Romo Ignasius Fajar Kristiyanto, Pr. Dalam homilinya, Romo menyampaikan bahwa inti kebahagiaan tidak selalu karena hidup mewah dan serba ada. Kebahagiaan bisa didapat dari kesederhanaan dan kehangatan keluarga. Dan hal ini turut dirasakan juga oleh peserta homestay.
Rasa haru pun terasa ketika para peserta didik mencium tangan para orang tua asuh dan warga sambil berpamitan. Tak terasa beberapa orang tua meneteskan air mata bahkan ada yang terus memeluk anak asuhnya tanda bahwa mereka sangat menyayangi anak – anak ini. Ketika semua sudah naik ke truk, kami masih melihat para warga desa dengan setia melepaskan kepulangan kami sambil melambaikan tangan mereka dengan senyuman tulus dan ramah yang biasa kami dapatkan selama tinggal disini.
Tdak ada hal lain yang bisa kami lakukan kecuali mensyukuri atas pelajaran berharga yang boleh diterima oleh para peserta didik SMP Regina Pacis Solo, dimana kami boleh mencari dan menemukan keramahan dengan aksi nyata melalui kerendahan hati untuk selalu memberi dan berbagi. Dan semoga pelajaran ini akan selalu diingat oleh siswa- siswi kami sebagai bekal hidup mereka dikemudian hari.
Th. Wahyu Savitri (Guru SMP Regina Pacis Solo)
http://smp-reginapacis-slo.sch.id/